 |
Teguh Wicaksono dan Marischka Prudence |
Sebenarnya tulisan ini dibuat karna tugas, dengan membandingkan dua jurnalis kesukaan. Tapi aku hanya mahasiswi jurnalis abal-abalan yang cuma tahu belajar di kampus dan gak menyadari seluas apa dunia yang aku miliki ini. Jadi saat disuruh, "Tulis di blog kalian dua jurnalis kesukaan lalu membandingkannya" kurang lebih kalimatnya seperti itu. Selama dua hari aku riset, dan sangat susah menemukan jurnalis yang aku inginkan (karna keterbatasan ilmu informasi ku). Sampai aku bertanya kepada senior-senior ku. Untungnya, mereka membantu ku dan menemukan jurnalis yang aku suka. Salah satunya adalah Marischka Prudence.
Marischka Prudence merupakan mantan wartawan berita di MetroTV. Bekerja sebagai reporter hard news, membuat dia sering meliput bencana alam dan politik, Seperti mewawancarai wakil presiden, meliput daerah kumuh di Indonesia, mengejar berita saat gunung merapi erupsi, hingga liputan ke luar negeri, Angola dan Afganistan. Dan Marischka menikmatinya, terutama saat momen bepergian yang membuat dia menemukan lokasi dan masyarakat yang berbeda tiap harinya.
 |
Marischka saat liputan |
Tahun 2010, dia diminta untuk meliput acara traveling (masih di stasiun TV yang sama). Dan dia menyetujuinya. Mulai dari situ, Marischka sangat cinta pada dunia traveling. Sambil menjadi host dan junior produser dokumenter travel, dia juga sering membagikan ceritanya di
blog pribadinya.
 |
Dokumenter Travel Samosir |
Pada tahun 2012, Marischka mengundurkan diri dari pekerjaannya. Marischka menyadari bahwa hobi dan pekerjaan tidak bisa disatukan. Dan dia ingin menulis apa yang dia inginkan tanpa adanya peraturan. Akhirnya ia memutuskan untuk fokus ke menulis dan traveling. Banyak sekali orang terdekat yang kontra akan keputusannya mengundurkan diri. Tapi dia lebih mengikuti apa kata hatinya.
Akhirnya, ia menjadi penulis blog yang aktif dan traveler bayaran untuk sebuah majalah, website, dan masih banyak lagi hingga saat ini sesuai dengan harapannya.
 |
Candi Ratu Boko - Jogjakarta |
 |
Desa Shirakawa-go - Jepang |
 |
Kawarau Bridge Bungee Jumping - New Zealand |
 |
Kepulauan Derawan - Kalimantan Timur |
 |
Misool - Raja Ampat |
 |
Foto dengan Cheetah di Afrika |
 |
Sky Dive - New Zealand |
Berlanjut ke jurnalis yang kedua. Untuk yang ini, aku menemukannya di google. Teguh Wicaksono.
Teguh lulusan S1 Universitas Padjajaran Bandung tahun 2005-2010 jurusan Jurnalistik. Lalu melanjutkan S2 nya di Goldsmiths University of London jurusan Digital Jurnalistik tahun 2013-2014. Selama masa kuliahnya, teguh sering sekali bekerja di berbagai media. Seperti, di majalah Tamasya, tim editorial Global TV, manajer artis, perwakilan Indonesia di agensi Figure8, text editor di National Geographic,dan travel editorial di The Jakarta Post Digital, contributor di PT. a & e Media - Rolling Stone Indonesia Magazine, head of content GetCRAFT. Profesi dia sekarang adalah produser serta penemu Sounds of The Corner dan partnership manager di Twitter yang mewakili Indonesia.
 |
Manchester // National Geographic Traveler |
 |
Foto by; print.kompas.com |
Kita dapat mengenal lebih jauh sosok dari Teguh Wicaksono ini lewat
website dan
wordpress nya. Tulisan-tulisan yang ia muat mengenai musik, media, traveling, hingga tentang kehidupan pribadi dia.
 |
Musik: SFTC on Rolling Stone Indonesia |
 |
Media: Becoming Infogr.am Ambassador |
 |
Travel: Amsterdam |
 |
Life: Awal Baru (Bagian 2) |
Masing-masing diantara mereka mempunya ciri khasnya tersendiri. Seperti Marischka yang fokus pada traveling, dan tampilan blognya simple namun penuh dengan foto yang akan menghipnotismu, serta tulisannya yang gabungan dari Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Dan Teguh yang menulis tentang musik, travel, media, hingga kehidupan pribadinya dengan tampilan blog hitam-putih standar dan menulisnya dalam Bahasa Indonesia. Namun tetap memberikan foto meski tampak sederhana di setiap tulisannya. Tapi ada satu yang membuatnya sama, menulis sesuai keinginan hati dan kecintaannya.
Karna inspirasi yang aku dapatkan dari kedua jurnalis itu, motivasi untuk serius menekuni duniaku ini jadi bertambah. Aku sempat ragu setelah dua tahun mengambil jurusan jurnalistik. Apa tujuanku sudah benar? Mengapa jurnalis hidupnya berat sekali dan seperti tidak cocok denganku? Tapi setelah tahu mereka meski belum seminggu, tapi tekad ku bertambah untuk mengejar apa yang aku cintai dalam jalur yang sudah ku ambil ini. Dan semoga, tulisanku ini dapat menjadi motivasi bagi orang-orang yg tidak yakin akan pilihannya suatu hari nanti.
Comments